Antara Perkembangan Teknologi dan Konsep Gaul

Semuanya berawal karena di mata mereka, gua tidak terlihat 
sebagai manusia yang melek teknologi. 
Gua memang tidak pernah menampilkannya
kepada mereka. Di depan mereka biarlah gua tetap terlihat seperti manusia 
yang datang dari zaman batu, yang tidak mengerti apa itu teknologi, dunia maya 
atau sosial media.

Seperti munafik, di depan dan di belakang berbeda, 
setidaknya gua tidak membicarakan mereka di belakang.
Seperti munafik, karena apa yang mereka ketahui tentang gua, berbeda
dengan apa yang sebenarnya gua kerjakan.
Munafik, ketika membiarkan mereka beropini salah tentang gua, dan gua diam
tanpa menjelaskannya yang benar.
Munafik, ketika gua mendengarkan mereka lalu tersenyum simpul, padahal
pikiran ini langsung rancu.

munafik, walau tidak membicarakan mereka di belakang ataupun bermuka dua.

***
Sampai akhirnya suatu hari, seorang yang gua kenal (iya, salah satu dari 'mereka') cerita ke teman-teman yang lain dan gua, katanya: "gue waktu itu mimpi loh, Sarah jadi gaul banget, punya Path, terus kemana-mana update gitu.". Lalu gua langsung tersenyum ngeselin (senyum miring) dan membiarkan dia terus beropini. Faktanya, pikiran gua langsung bilang "HAHAHA", sayangnya, cuma mentok sampe hati. Jadinya, ketawa dalem hati.


Sama, masih beberapa orang lainnya juga menganggap bahwa punya akun di dunia maya itu bersifat ke-gaul-an. Dan setelah beberapa orang itu tau gua punya akun-akun yang mereka anggap gaul itu, komentar mereka seakan-akan seperti: "widih, gak nyangka" atau "ya ampun gaya banget lu saar" dan komentar (yang menurut gua) lebaaay lainnya.

Dan kenapa konsep 'punya banyak akun di dunia maya itu gaul' itu kebayakan sudah tersebar di tiap serebrum manusia. Gak salah sih, karena dunia maya condong ke sosial media dan sosial media memang condong ke konsep 'tambah-tambahan temen, kenal gak kenal add aja' dan berakhir: tau si ini, tau si itu dan beranjak 'gaul' yang menurut KBBI diambil dari kata 'bergaul' yang artinya hidup berteman.

Dan faktanya, gua memang punya buanyaaak akun di dunia maya. Tapi akhirnya hanya beberapa yang masih gua mainin. Kenapa? Karena gua ini orangnya penasaran dengan apa yang terjadi dengan perkembagan teknologi. Dan perkembangan teknologi yang paling mudah dan dapat di akses itu salah satunya dunia maya. Dan pertama kali kenal internet, awal coba-coba pun di mulai. Gua mulai penasaran dengan fungsi tiap website yang memperkenankan tiap penggunanya membuat satu akun untuk mengaksesnya. Jadi kenapa gua punya banyak akun di dunia maya itu bukan karena sekedar ikut-ikutan orang, misal 'orang bikin gua juga bikin', tapi karena awalnya gua cuma pengen tau bagaimana cara menggunakannya.

***
Contohnya, blog ini. Pertama kali gua kenal blog gara-gara majalah yang gua beli pas SD kelas 6. Disana dikasih tau gimana cara bikinnya, desainnya, dll. Mulai saat itu gua coba bikin blog. Gua udah bikin blog sejak lulus kelas 6, dan emang baru aktif nulis waktu kelas 7. Sampai akhirnya awet sampe sekarang, itu karena gua suka fiturnya, membagi pikiran dengan tulisan.

Atau twitter? Gua juga udah kenal Twitter mulai dari lulus SD. Sayangnya gua masih bodoh untuk membuat akunnya. Akun gua gak jadi-jadi karena mentok di bagian 'username'. Gua gak ngerti maksud username itu apaan. Tiap gua klik, katanya salah, tulisannya merah, sampai akhirnya gua baru ngerti setelah kelas 7.

Instagram? Gua tau instagram berawal dari majalah. Sayangnya instagram mesti dibikin lewat iPhone atau gak Android, dan gua gak punya dua-duanya. :( Sampe akhirnya orang-orang udah bikin, lamaa... akhirnya emak gua beli android dan kesampean bikin instagram. Fyi, kalo buka instagram gua, jarang ada isi selfie. Iya ada, tapi cuma satu, itu juga niatnya sebagai identitas doang. Gua lebih suka memotret dibanding dipotret.

Path? Gua senang gua kenal path karena path menyediakan fitur 'rahasia'. Jadi manusia yang belom jadi temen gua gak bisa liat profil gua. Dulu path juga memungkinkan punya teman cuma 150, tapi seiring perkembangan zaman naik jadi 500. Konsep awal Path kenapa cuma memungkinkan punya teman cuma 150 untuk memfungsikan kita berteman dengan orang yang bener-bener kita kenal dan deket aja. Dan fungsi awal itu gua bawa sampe sekarang. Gua berteman di Path cuma sama orang-orang yang gua kenal dan mereka tau gua dan yakin 1000% mereka gak akan komentarin gua dengan kalimat "bacotnya di dunia maya doang". Walaupun dengan konsep itu, temen di path gua paling cuma mentok 30. Tapi seenggaknya, Path menyelamatkan gua dari rasa 'insecure' buat ngetuits di Twitter. Terimakasih Path, terimakasih!! *berlutut*

Contoh lain yang orang-orang bikin, tapi gua gak tertarik buat bikin itu Soundcloud. Karena gua gak suka fiturnya. Atau Vine? Iya, gua kurang tertarik tentang apa yang disediakannya.
***

Jadi antara perkembangan teknologi dan sifat kegaulan itu, menurut gua, sifatnya belum tentu. Tergantung individunya memanfaatkan sebagai apa. Kalo semua hal yang berkaitan dengan perkembangan teknologi di bilang gaul, berarti lo juga harus rela dong orang 'nerds' yang megang komputer mulu itu gaul? Harusnya iya. 

Tapi ujung-ujungnya orang lebih suka ngeliat dari tampilan apa yang mereka suka aja, gak adil, kayak gini..