Bertahan Hidup di Tempat yang Mereka Sebut Sekolah

Iya, lo gak salah baca, itu beneran "bertahan hidup".

Gua adalah salah satu manusia yang mencoba bertahan hidup di sekolah. Gua mencoba bertahan hidup di sekolah bukan dengan cara makan, tumbuh dan berkembang biak, melainkan dengan mencari seekor kutu (baca: sekutu).

Sama kayak pos-pos blog ini sebelumnya. Gua masuk ke SMA ini secara individual. Dan SMA (menurut gua) sangat sensitif dengan tema perorangan. Siswa atau siswi yang suka sendiri gak bakal jauh dari kata "anti sosial", ini wajar karena kehidupan SMA di tivi-tivi yang menjadi contoh mereka emang gak jauh dari kata gotong-royong, rame-rame dan satu lagi...percintaan (iya, yang terakhir itu realitas, tapi emang gak nyambung sama sekali sama bahasan ini). Jadi 'duduk sendiri' di tengah-tengah manusia yang sedang gotong royong gak akan pernah terasa nyaman selama lo masih kasat mata.


Selain itu gua tipikal manusia yang gak gampang bersosialisasi sama manusia lainnya. Dibutuhkan manusia lain yang bisa bikin gua ngasik (mengasikkan diri sendiri) sampai akhirnya gua bisa bersosialisasi sama mereka, dan membuka identitas gua yang orang lain mungkin berpikir 'gak mungkin' tapi itu kenyataannya.
 
Pernah belajar sosiologi kan kalo sosialisasi salah satu cara manusia untuk bertahan hidup? Dan berbulan-bulan lalu gua udah nemuin manusia-manusia yang bikin gua bertahan hidup di sekolah (dengan bersosialisasi lah). Yang bikin tujuan gua ke sekolah bukan cuma belajar, yang bikin rahang gua lemas tak berdaya karena akhirnya gua bisa ketawa di tempat yang angker dengan manusia sotoy. Selain pos ini adalah request dari seorang kawan (HAHA), gua juga senang hati membahas lo dan kawan-kawan sekutu lainnya kok:) Mereka dibawah ini adalah manusia yang pernah sekelas sama gua, dan gua juga pernah sekelas sama mereka. 

Orang pertama sampai orang terakhir yang gua tulis disini sesuai dengan 
urutan orang yang pertama kali gua kenal.
 ***

HESTI MAY WULANSARI
Makin siang makin bete, dan guru TIK yang mengisi pelajaran terakhir membagikan kolompok untuk tugasnya. Setelah nama Dudung disebutkan, nama Hesti pun disebutnya, lalu nama Dadang dan yang terakhir, SARAH PERMATASARI.

Semenjak itu gua jadi kenal dengan sosok Hesti May Wulansari. Dia temen pertama gua di 46. Setelah itu setiap istirahat gua selalu nyamperin tempat duduk dia, alesannya satu: cari temen aja, daripada sendokiran, meja kegeser-geser orang lewat karena meja gua ada di paling depan.

Setelah itu gua tau tentang Hesti. Mulai dari temen SMP-nya yang temen SD gua, atau dia orangnya yang polos BGT. Dia juga rajin, sampai menjadi favorit guru sejarah gara-gara catetannya lengkap (dan panjang). Afalannya mantab, apalagi pelajaran Agama. Dia pernah kehabisan waktu buat ngerjain soal ulangan gara-gara nulis jawabannya terlalu panjang saking hafalnya. Dia jadi salah satu temen yang ngajarin gua ngaji kalo sudah tiba waktu praktek baca Al-Quran bagian Indonesia Barat. Hesti juga sangat tepat waktu dalam hal pulang sekolah, seolah punya motto: bel pulang ya pulang. Selalu bawa bekel ke sekolah dan gak takut jajan ke kantin. "Ah aku takuuut." itu yang dia katakan kalo gua suruh: jajan sana gih. Satu lagi, Hesti adalah manusia yang sangat panikan.

Pernah suatu hari dia sms gua: "saaarr gw panik banget niih!!". Dengan sigap gua bales: "panik kenapa Hesss?!". Dia menjawab: "tadi gw buka pengen ganti foto profil twitter, tapi malah fotonya keapus jadi gambar burung gitu sarr. Aduh gimana nih saaar". Ayo yang mau pasang emot -_- sebanyak-banyaknya, silahkan.
 
-_-  -_-  -_-  -_-  -_-  -_-

Ini lagi, dia sabaran. Berkali-kali di jailin sama alien-alien dia diem dan pasrah aja. Dan satu hal yang gua suka dari doi adalah ia pekerja keras. Gua senang semangatnya belajar bahasa inggris!! Mulai dari buku grammar, kamus yang dipencet, dll dia beli terus dia pelajarin. Bukan cuma bahasa Inggris, tapi harus semuanya dong yeaa.

KHAIRINA ARIESTA
Gua sebenernya males bahas yang ini, tapi gua bikin pos kayak gini yang request dia sih, jadi oke lah.

Waktu itu masih pagi, tapi jam udah setengah tujuh dan sekolah sudah membunyikan bel masuk. Gua jalan di koridor sekolah menuju kelas, dan tiba-tiba ada seseorang yang dateng terlambat menyapa gua dan kami berkenalan. Dia mengaku bernama Rina. Ternyata, Rina yang duduk disebelah Hesti.

Pertama kali gua mengenal Rina sebagai penjual Oriflame. Dia dengan gigih menawarkan produknya dari satu siswa ke siswa lain. Dan walaupun gua sudah mengenal Hesti, bukan berarti gua langsung deket sama Rina. Pernah waktu gua nyamperin ke tempat duduk Hesti, Rina datang dengan muka bete. Gua gak tau apa yang terjadi, tapi yang jelas waktu itu gua takut kalo dia bete gua gua, karena: tempat duduknya gua dudukin. Gak penting tapi ya udah.

Dan waktu berlalu, tiba-tiba aja gua udah deket sama Rina. Sialnya gua lupa kenapa bisa gua deket sama dia. Orangnya sangat suka bicara, suka bercerita. Mulai dari hal-hal yang bikin dia bete sampe pengalaman dia yang gak jelas dia ceritain. Dia juga suka tertawa dan heboh. Pernah gua sama Greaty lagi bercanda sama dia, dan kebetulan dia sambil makan juga, tiba-tiba kejadian itu terjadi.. Dia tiba-tiba ketawa ngakak sampe keselek nasi. Secara mekanisme pernafasan, harusnya nasi tersebut dibuang lewat idung. Dasar jijik. Ngomongin nasi, tiap hari dia bawa bekel yang fantastik dari ibunya. Sampe akhirnya kelas sebelas memutuskan membuka usaha cattering untuk teman-teman yang mau mesen.

Dia merupakan orang yang mau mengikuti gua untuk mengibas-ngibaskan kipas di depan mulut yang kencang sambil bilang: AAAAAA biar terdengar suara robot. Sama dia, hidup gua jadi gak jelas. Yang tadinya gua jarang BGT ketawa di kelas, gara-gara sendokiran (biasa.. atau pun ketawa biasanya gua ketawa diem-diem) jadi sering ketawa dan melakukan hal-hal yang gak jelas. Pokoknya energi ketawanya bisa menularkan bahagia, kecuali: kalo dia bete. Terakhir, dia suka teriak walaupun gak niat teriak. Impersonate? gini aja: "BODORRRR!!" dengan berteriak sambil melambai-lambaikan tangan di udara.  

ELGREATY IRENE HUKA
Dia muncul bagaikan penyelamat bangku kosong di sebelah gua..

Semester dua datang di kelas 10, dan rumor-rumor bakal datang anak baru pun menghampiri. Gua nguping, dan bener-bener menghayati kupingan yang gua denger itu. Saat itu juga gua SGT (sangat) berharap anak barunya itu perempuan, asik, baik, sejalan sama gua dan yang paling penting: mau duduk di samping gua.

Suatu hari di hari yang kampret sekampret-kampretnya, ada ulangan kimia. Bangku sebelah gua yang berhari-hari kosong tetap kosong. Ada sih yang nempatin, tapi gak terlihat, gua panggil dia Setty, julukannya setan. Sampai akhirnya ada orang yang biasanya duduk di belakang, jarang negor gua, tiba-tiba pindah ke bangkunya Setty sambil bilang, "gua duduk sini ya.", dan saat itu bertepatan dengan ulangan kimia. Dengan dongkol Setty bilang ke gua, "idih enak banget nih setan duduk di bangku gw pas ada ulangan doang, mau minta contekan kali.". Bertepatan dengan itu, sosok setan di bangku sebelah gua bukan lagi Setty yang kasat mata, melainkan dia yang terlihat.

Bener aja, pas ulangan kimia dia gak bisa ngerjain apa-apa dan dari gerak-gerik dan raut mukanya, gua tau dia kodein gua buat ngasih contekaaaaaaan. Tapi sori sori bae waktu itu keselamat hidup gua lebih berharga untuk tidak membuang-buang waktu ulangan kimia dengan memberi contekan ke makhluk yang datang pas-ada-maunya-doang.

Selesai ulangan (dan gua tau dia gak ngisi apa-apa di kertas ulangannya), gua iseng nanya basa-basi, "tadi gak diisi ya?" terus dia jawab, "GAK. LO PELIT.". Hidup gua saat itu rasanya mau ketawa HAHAHAHA sampe usus terkoyak dan bilang, makanya kalo 'maen' jangan pas ada maunya aja. Tapi tindakan asli gua cuma berakhir dengan dua kali ketawa "HAHA" dan disambung dengan: "makanya belajar" dengan nada sinis. Dia pergi, (kembali membiarkan bangku sebelah gua di duduki Setty) dan terlihat sepertinya dia sangat membenci gua pada saat itu. Gua juga.

Jadi hari itu benar-benar hari terkampret dari hari kampret lainnya yang sudah-sudah. Gua pulang dengan rasa hitam di dada. Rasanya seperti ingin memaki segalanya yang udah gua alami. Sampai gua sempet bikin postingnya berikut: Catet Nih! (di klik). Hari itu bener-bener nyeri. (Gua akan tulis beberapa dengan bahasa Inggris, karena ini bisa saja lebay, tapi inilah yang terjadi).

I arrived at home and found that was empty. I screamed unclearly, like described what I feel on that day. Then I did Dzuhur prayer, when it finished I told to Allah everything I felt until I cried on the 'sajadah'.

Berlebihan? Mungkin bisa jadi, kalo lo gak pernah ngerasain berbulan-bulan, sendirian, berhadapan sama manusia yang datang kalo-ada-maunya-doang, atau hal-hal memuakkan lainnya. Selanjutnya masih di atas sajadah gua berdoa dan meminta sama Allah agar anak baru yang datang ke kelas adalah perempuan, dan seperti yang gua harapkan dia dapat mengisi kekosongan di bangku sebelah gua, dan 'sejalan' sama gua.

Waktu berjalan, sampai akhirnya Greaty dataaaang!!!!

Emang pertamanya Greaty gak langsung duduk di sebelah gua, karena waktu itu gua datang terlambat. Sampai hari esoknya dia duduk di bangku sebelah gua (dan artinya mengusir Setty jauh-jauh dari gua) dan belakangan gua tau kalo yang nyuruh Greaty duduk di sebelah gua itu Rina. TERIMAKASIH RIN! Sampai akhirnya gua dan Greaty jadi chairmate di kelas 10 semester dua.

Doa gua terkabul, Greaty mau duduk di sebelah gua. Dia juga 'sejalan' sama gua dalam arti dia sederhana, gak gaya-gayaan kayak yang lain walau sebener nya Greaty bisa aja (karena dia good-looking dan ambon manisee) tapi dia lebih memilih jadi dirinya sendiri yang bisa punya banyak teman tanpa perlu gegayaan. Greaty baik dan asik seperti yang gua harapkan sebelum dia datang. Dia yang tiba-tiba mencetuskan ketawa ala raksasa atau peran antagonis, kayak: "HU HU HU A HA HAHAA!!", dan bilang kalo Pak Achyar, wali kelas gua di kelas 10 itu mirip sama Bang One di Tv One. Greaty dan gua punya kesamaan karena kita sama-sama mau jadi Arsitek. O iya, gua belom jelasin kalo ejaan nama dia itu: Griti, bukan Great-ty. Jangan salah, ya. Soalnya dia gak suka dipanggil Great-ty.

Pelajaran yang gua suka waktu sebangku sama Greaty adalah Conversation. Karena pelajaran Conversation waktu kelas 10 itu bukan 'Conversation' yang artinya ngomong. Di semester dua, kita lebih sering dikasih tugas bikin dialog. Udah, bikin dialog di kertas aja, gak usah diafalin. Gara-gara itu, menurut gua pelajaran Conversation jadi pelajaran penyejuk, karena gua dan Greaty bakalan bikin dialog yang gak bakal dikira oleh kebanyakan orang. Jalan cerita dialognya absurd dan mungkin cuma kita berdua aja yang bakalan ngerti, terus ketawa terbahaq-bahaq sampai pake q. Greaty juga enak diajak diskusi pelajaran bareng Rina dan Hesti (karena di akhir kelas 10 akhirnya kita duduk deketan).

Akhir kalimat, setelah Greaty datang jadi pendamping bangku gua, dia merubah segala kesan kelas di mata gua menjadi lebih menyenangkan. #hazeq 


SRI WAHYUNI HASIBUAN
Sebenernya justru dia orang yang pertama kali gua kenal di sekolah menengah atas, tapi karena hanya kurun waktu 3 hari (gua kenalnya) makanya gua taro sesudah mereka yang di atas.

Gua kenal dia waktu pertama kali masa orientasi siswa. Dia duduk di bangku samping gua, iya, bangku sisa di depan. Waktu itu kelas gua X.5, tapi beberapa hari kemudian diberi tahu kalo beberapa siswa dikelas gua salah kelas, jadi harus dipindah. Termasuk Yuni, akhirnya dia pindah ke X.1. Dan setelah itu adalah cikal bakal gua duduk sendokiran di kelas.  

Pindahan dari Medan, iya cewek Batak, seperti marga pada namanya. Gua pernah nanya beberapa tentang Batak ke dia, katanya: "Orang-orang yang meranin orang Batak di tv itu lebay." Karena keluarganya kalo ngomong gak gitu-gitu amat. Dia jadi temen sebangku gua sepanjang kelas 11. Terkenal di mata orang-orang dia pendiam, sama kayak gua. Tapi gak selalu apa yang dikira orang-orang bener kan? Menurut gua dia (atau kami) hanya perlu orang yang cocok untuk berbicara untuk saling bertukar cerita atau pikiran melalui lisan. Sepenglihatan gua, dia sama Hesti, atau temen-temennya yang lain juga bersuara, kok, bercanda dan melakukan hal normal lainnya. 

don't judge, people, don't judge.. there's always a (or many) reasons about something.
(note to my-self)

Yuni ini orang baik. Dia selalu nungguin gua kalo mau pulang sekolah buat pulang bareng, seinget gua, selalu. Kecuali kalo gua mau lama-lama di sekolah (gabut), sedangkan dia mau pulang lebih cepat, baru dia pulang duluan. Lainnya? Dia selalu nungguin gua, woy. Gak kayak gua...

Suatu saat, udah pulang sekolah. Gua masih ada perlu (entah apa gitu, lupa) dan dia udah bersiap pulang. Tapi akhirnya dia nanya dulu:
"Sar, lu pulang bareng gak?"
"Hm gatau nih, masih ada perlu."
"oh, lama gak?"
"hm, gak juga sih." padahal, ya gak sebentar juga. 
gua lanjutin, "lu mau pulang duluan?"  kata gua basa-basi.
Yuni jawab, "hm, gak deh gua tungguin aja."  -note: dia nungguin gua.

Lain waktu, gantian Yuni yang ada perlu, misalnya dia harus fotokopi tugas.
"Yuni, pulang gak?" kata gua sok-sok nanya.
"iya, tapi gua mau fotokopi dulu. lu duluan aja." kata dia mempersilahkan (bukan basa-basi kayak gua, karena gua sangat yakin dia ngomong dari hati nurani paling dalam).
"oh gpp? yaudah." gitu respon gua. Terus gua pulang duluan.. 
PADAHAL FOTOKOPI ITU GAK LAMA, TJOY. -note: gua ninggalin dia.

Iya, intinya dia orang yang baik dan melakukan sesuatu (menurut pandangan gua yang husnudzon) dengan tulus tanpa mencibir di belakang. Mungkin kadang-kadang suka ngeluh, tapi itu sesuatu yang bisa diobatin kok. Gua dulu juga sangat sering mengeluh, tapi dengan mindset: "kenapa harus ngeluh, kalo kita bisa bersyukur dan bekerja keras untung mengubah keadaan?", sekarang yaa sudah sangat jauh berkurang dibanding dulu.

ELSAVANIE NADINE
Gua baru kenal dia dan berbincang-bincang di kelas sebelas. Sebenernya dulu waktu kelas 10, Rina udah pernah ngenalin gua sama Echa, tapi ya kayak angin berlalu aja, abis itu ilang.

Sama kayak Rina, gua kenal sama Echa gak tau awal mulanya gimana, tau-tau ya deket aja. Awal-awalnya gua kalo bosen di meja depan di kelas, terus gua ke belakang ke meja Echa, basa-basi, akhirnya beralay ria seperti sekarang.  

Dulu pernah dirasuki arwah Pythagoras of Samos sang ahli matematika dan bekasnya masih tercecer sampai sekarang di otaknya. Penggemar sinetron SCTV dan FTV-nya. Kawan Rina sekaligus tetangga yang tinggal di Cipete, lalu karena sebuah kepentingan akhirnya pindah ke rumah di tempat yang nun jauh di mata. Gara-gara itu dia akhirnya bawa motor ke sekolah. 

Waktu di kelas ada tugas bikin film, yang akhirnya memilih lokasi nun jauh di mata, Echa selalu gua ingat sebagai orang yang nebengin gua pulang-pergi ke lokasi itu (klu: itu kampus). Sampai akhirnya gua masuk angin, terus dikasih pinjem jaketnya. OMAIGAT INI UNYU :3

Gossipnya dia alay, tapi jangan percaya gossip (walaupun itu mungkin benar). Dulu cinta saya abang Ociet (nulisnya gini aja ya, biar keren), tapi seiring waktu berpaling ke sosok Digo yang lebih membahana. Oiya, terakhir, dia juga seiring waktu bisa berubah menjadi sosok kuproy, contohnya pas lagi main futsal atau matahin besi kayak anak Merpati Putih lainnya. 

TIKA ADELIA
Anak pindahan Bandung. Pertama kali masuk kelas, dia menempati bangku sisa di belakang. Tapi akhirnya seseorang mewaqafkan bangkunya ke Adel, akhirnya dia jadi chairmate Echa selama dua semester. 

Pertama kali gua kenal deket gara-gara dia harus pulang sendiri ke rumahnya naik bis (baca: metro mini). Dan namanya juga anak Jakarta baru, dia takut-takut buat naik bis. Akhirnya kita pulang bareng dan gua memperkenalkan dia dengan Metro Mini. Semenjak itu kami adalah teman satu metro. Walaupun sampai sekarang sudah lebih dari 10 bulan naik Metro, kebiasaanya tetap sama: selalu bertanya: "aku turunnya gimana ini?".

Waktu kelas 11, dia salah satu orang yang bisa gua ajak bicara dengan santai, selain Echa dan Yuni. Dan dia juga salah satu andalan gua, selain Echa, ketika ikut acara-acara kelas, dengan contoh sebagai patokan. 

"Kamu ikut gak? Kalo kamu ikut, aku ikut." dan sebaliknya, dia juga kayak gitu. Karena kalo gak gitu gua bisa sangat amat zonk. 

***

Dan itu beberapa orang yang gua kenal dekat di sekolah SMA 46 ini dan pernah sekelas. Semoga tidak ada kata-kata yang menyinggung dan bikin kesel, ya. Kalo ada, penulis meminta maaf sebesar-besarnya.

Hidup kebahagiaan di sekolah!