Fake Test

Dari judulnya aja harusnya kalian tau, gua mau meracau tentang 'test' atau ujian atau ulangan atau sesuatu yang sudah dinilai kira-kira lebih dari 80% siswa-siswi di Indonesia (ah sotoy lo sar kek pernah ngitung) adalah sesuatu yang menakutkan, bikin stres & "fuuuuuccc*" kata mereka. 

Tunggu dulu kawan, tunggu dulu. Kita santai dulu.
Awalnya kita harus tau tujuan test itu apa. Test biasanya diberikan ketika kita mau masuk ke suatu tempat.
Misal, kita mau masuk sekolah, kita harus test apakah kita layak disana. Atau kita mau melamar pekerjaan, kita harus test apakah kita dibutuhkan disana. Kamu mau ngelamar dia? kamu akan di test bokapnya apakah kamu akan baik buat dia. Hooo...

Sekarang gua pengen bahas soal test tingkat masuk sekolah. Soalnya lingkungan gua terbatas, cuma sebatas lingkungan sekolah aja. 

Masuk ke SD. Ini menurut gua test paling jujur untuk 'si anak'. Jadi biasanya test masuk SD itu anak kecil umur 7 tahun dateng ke sekolah terus di kepo-in sama guru yang ngajar disana. Di test-test kalo 1 tambah 1 itu berapa. be, a, u bacanya apa dsb. Test di SD mungkin sangat jujur bagi si anak. 
Lalu untuk masuk ke SMP & SMA biasanya ujiannya lebih sulit karena memakai ujian nasional. Mungkin tujuannya untuk menyamai kriteria sekolah di seluruh Indonesia. Standar soalnya dibuat sama, agar gak ada pikiran, "ah lo dapet nilai 9? yaiyalah sekolah lo paling ngasih soalnya gampang." Alias merendahkan sekolah yang gak bagus-bagus amat. Menilai bahwa soal yang dikeluarkan sekolah itu cuma sebates dengkulnya sekolah yang bagus.

& menurut gua, ujian masuk SD paling jujur tingkat dewa & ujian masuk SMA paling jujur tingkat ogah.

Lantas kenapa setelah adanya ujian nasional ini tetap masih ada sekolah yang dinilai bagus & sekolah yang dinilai jelek atau biasa aja? Kan ujian nasional ini baru diadakan sekitar tahun 2008 (kalo gak salah), berarti tahun-tahun 2007 dan sebelumnya tidak memakai sistem ujian nasional. Dan orang-orang udah ounya anggapan yang kuat untuk mana sekolah yang bagus dan mana yang tidak bagus. Sekolah yang fasilitasnya memadai pasti jadi salah satu tujuan murid-murid dengan NEM (nilai pada ujian nasional) yang tinggi, sedangkan murid dengan NEM rendah akan berada pada sekolah yang fasilitasnya tidak selengkap sekolah dengan NEM masuk tinggi, walau sebenarnya cara belajarnya pun sama karena sama-sama sekolah negeri.

Labelling pada tiap sekolah ini yang membuat standart sekolah yang sudah menerima murid dengan NEM tinggi pede menaikkan Kriteria Ketuntasan Minimal jadi tinggi. NAAAH! disini yang bikin murid-murid yang aslinya tidak begitu menguasai pelajaran bakal ketinggalan & menderita. Kalo emang tidak menguasai kenapa bisa masuk ke sekolah dengan Standar yang tinggi? Kita gak ada yang tahu. Bisa karena curang atau faktor bejo, ya mereka dan Allah aja yang tau.
Terus beberapa kali gua liat di twitter sering banget banget banget banget bangetaaaan banyak yang ngetuits gini:
"Nilai cuma angka, bukan arti kemampuan kita" (1) atau "sekolah jaman sekarang hanya menuntut nilai, bukan ilmu" (2)
You should to know, I never agree with the first statement. Azig.

Iya. Kita harus tahu awal mulanya kenapa ada nilai. Setiap hari kita belajar ke sekolah, nuntut ilmu tujuannya. Kita dikasih ilmu sama guru tiap hari. Dari Senin sampai Jumat, bahkan yang di non DKI itu dari Senin sampai Sabtu. Guru pun pengen tahu sebatas mana kemampuan kita, akhirnya guru ngasih kita test. Kalo test dilaksanakan dengan jujur, maka apa yang kita kuasain, apa yang kita mampu akan terlihat dalam test itu. Misal soal test ada 10, satu soal satu indikator pelajaran. Kita cuma bisa jawab 9 soal, artinya ada 9 indikator yang kita kuasai. Dan berarti nilai kita 9. Kemampuan kita sudah terlihat. Tapi karena makin kesini orang-orang makin bukan hanya pengen menuntut ilmu, atau faktor lainnya bisa jadi karena dimarahi orang tua kalo nilai jelek, atau mau terlihat pintar, maka orang-orang berbuat tidak jujur. Akhirnya nilainya bohong. Nilai bukan lagi bukan untuk mengetahui dimana batas kemampuan kita, tapi makin kesini adalah sebuah tuntutan. 
Karena makin banyak orang-orang dengan nilai bagus, maka sekolah (seperti tadi) menaikkan standar nilainya. Akhirnya murid beranggapan bahwa yang dituntut sekolah itu ya nilai, bukan ilmu. Tapi kenapa sekolah menaikkan standart nilainya kan karena kalian sendiri, nak. Kenapa nilai kalian bisa bagus padahal kalian gak bisaaaa. Terus itu nilai dari manaaaa? :-(

Dengan demikian maka pernyataan kedua diatas saling berhubungan. Dan kita sebagai pelajar salah untuk mencerna apa yang aslinya dibuat guru-guru disekolah. Kita harusnya malu, bukan marah-marah.

Beberapa yang suka marah-marah soal sekolah itu biasanya orang kota. Lain kali gua mau nulis lagi, harusnya orang kota malu untuk suka ngatain orang kampung. Orang kampung justru jauh sangat lebih baik banget. 

Next time bakal lanjut. Amin.